Menapaki Tanah Suci: Saat Hati Bersimpuh di Hadapan Ilahi

Langkah Pertama Menuju Panggilan Ilahi

Tak semua orang diberi kesempatan untuk menginjakkan kaki di Tanah Suci. Ketika panggilan itu datang, hati seolah ditarik oleh magnet langit, rindu yang mengendap selama bertahun-tahun pun akhirnya menemukan jalannya. Menapaki Makkah dan Madinah bukan sekadar perjalanan fisik, melainkan perjalanan batin menuju penyucian diri.

Saat memasuki miqat dan mengenakan ihram, hati mulai diajak untuk melepaskan dunia. Kain putih yang menempel di badan bukan sekadar pakaian, tapi simbol kesederhanaan, penyatuan, dan penyerahan total kepada Sang Pencipta. Tak ada perbedaan antara yang kaya dan miskin, semua datang sebagai hamba yang hina di hadapan-Nya.

Mekah dan Madinah: Dua Kota, Dua Rasa

Di Masjidil Haram, thawaf menjadi ibadah pembuka yang menggugah. Mengelilingi Ka’bah tak hanya fisik, tapi spiritual—seakan dosa-dosa ikut luruh dalam setiap putaran. Hati pun remuk saat berdiri di Multazam, tempat di mana doa disebut tak pernah tertolak. Di sana, tangis tak bisa ditahan. Bukan tangis karena lelah, tapi karena haru yang begitu dalam: “Ya Allah, aku benar-benar di sini.”

Kemudian, berlanjut ke Madinah—kota tenang penuh cinta. Ziarah ke makam Rasulullah ﷺ adalah momen menggetarkan. Menyapa beliau dengan salam, mengingat perjuangannya, membuat hati luluh. Sejenak, waktu seperti berhenti. Tak ada yang lebih penting dari kerinduan pada Nabi tercinta.

Refleksi, Doa, dan Harapan Baru

Setiap jengkal langkah di Tanah Suci adalah momen perenungan. Di Mina, di Arafah, di Muzdalifah—setiap lokasi menyimpan makna mendalam. Haji dan umroh bukan hanya rangkaian ritual, tapi proses pembentukan jiwa yang utuh. Di sana, seorang Muslim belajar tentang sabar, ikhlas, tawakal, dan rendah hati.

Dan saat semua rukun ditunaikan, ketika sa’i dan tahallul telah dilaksanakan, hati terasa lebih ringan. Dosa-dosa seakan disapu bersih oleh rahmat-Nya. Inilah saat di mana hati benar-benar bersimpuh di hadapan Ilahi, bukan hanya dalam doa, tapi dalam seluruh keberadaan.