Haji: Ibadah Puncak, Tapi Bukan Puncak Gelar
Setelah pulang dari Tanah Suci, banyak orang dipanggil “Pak Haji” atau “Bu Hajjah”. Tapi apakah benar hajinya mabrur? Apakah cukup dengan menjalankan rukun dan syarat lalu kita sudah bisa tenang?
“Haji mabrur tidak ada balasan baginya kecuali surga.”
(HR. Bukhari & Muslim)
Apa Itu Haji Mabrur?
Secara sederhana, haji mabrur adalah haji yang diterima oleh Allah dan membekas dalam kehidupan sehari-hari. Ia bukan hanya ritual, tapi perjalanan transformasi.
Ciri-Ciri Haji Mabrur
- Akhlak Lebih Baik : Usai haji, seseorang jadi lebih lembut, sabar, dan mudah memaafkan.
- Jujur dan Amanah : Kejujuran dalam bisnis, pekerjaan, dan kehidupan makin terlihat nyata.
- Rajin Ibadah : Shalat lebih khusyuk, zikir lebih rutin, dan tilawah jadi kebiasaan.
- Peduli Sosial : Haji yang mabrur menjadikan seseorang makin dermawan dan peduli dengan sesama.
- Benci Maksiat : Bukan hanya menjauhi, tapi benar-benar tidak betah dengan maksiat sekecil apapun.
Jangan Tertipu dengan Gelar
Panggilan “Haji” bukan bukti diterimanya ibadah. Banyak orang yang malah jatuh ke dalam riya’ atau ujub setelah pulang dari haji. Justru, haji mabrur terlihat dari kerendahan hati dan kesederhanaan dalam bertutur dan bersikap.
Penutup
Haji bukan akhir dari ibadah, tapi awal dari hidup baru. Jangan kejar gelar, tapi kejar ridha. Bukan dipuji orang, tapi diterima oleh Tuhan. Mabrur itu bukan klaim, tapi hasil dari perubahan nyata yang dirasakan oleh orang di sekitarnya.
“Kalau engkau kembali dari haji dan tak berubah, mungkin kau hanya berjalan jauh, bukan berhaji.”