Melempar Jumrah: Simbol Melawan Nafsu dan Setan

Makna di Balik Melempar Jumrah

Melempar jumrah adalah salah satu ritual utama dalam ibadah haji. Banyak yang mengenalnya sebagai simbol lemparan batu ke tiga tiang yang mewakili setan. Namun lebih dari itu, ia merupakan simbol penolakan terhadap segala bentuk godaan yang menjauhkan manusia dari Allah.

Ritual ini mengingatkan pada peristiwa Nabi Ibrahim ketika digoda setan agar tak melaksanakan perintah Allah. Tapi dengan keyakinan teguh, beliau melempar setan dengan batu. Itulah titik awal simbolik perlawanan terhadap hawa nafsu dan bisikan jahat.

Simbol Perjuangan Spiritual

Setiap jumrah yang dilempar sejatinya bukan hanya melempar batu fisik, tetapi juga lemparan terhadap nafsu amarah, kesombongan, iri hati, hingga godaan duniawi. Dalam kehidupan sehari-hari, “jumrah” bisa muncul dalam bentuk kesibukan yang melalaikan, media sosial yang menggoda, atau keinginan yang berlebihan.

Dengan demikian, ritual ini mengajarkan bahwa perjuangan melawan setan bukan hanya terjadi di tanah suci, tetapi dalam keseharian setiap muslim.

Melawan Nafsu Sepanjang Hayat

Melempar jumrah hanya terjadi di hari-hari tertentu dalam ibadah haji. Namun pesan moralnya berlaku sepanjang hidup. Setiap muslim diingatkan untuk terus menyucikan niat, mengontrol diri, dan menghadapi tantangan spiritual dengan kesabaran dan keikhlasan.

Setiap lemparan batu adalah tekad untuk tidak menyerah pada dorongan negatif, dan berusaha terus mendekatkan diri kepada Allah.

Penutup: Jumrah di Tanah Hati

Jumrah bukan sekadar batu dan ritual. Ia adalah simbol. Simbol bahwa setiap manusia memiliki “setan dalam diri” yang harus dilawan. Dan setiap kita memiliki “batu”—yaitu doa, dzikir, amal, dan kesadaran—untuk melemparkannya.

Mari jadikan setiap lemparan bukan hanya bentuk ketaatan, tapi juga pembaruan niat untuk hidup dalam cahaya iman.